Selasa, 05 Oktober 2010

Tragedi Tarakan � Jakarta 9 tewas

SEHARI Rabu (29/9) kemarin terjadi dua bentrok massal di dua daerah hingga mengakibatkan total korban tewas sembilan orang. Bentrokan maut dua kelompok massa di luar Pengadilan Jakarta Selatan, yang tengah menggelar sidang kasus Blowfish, menewaskan empat orang dan melukai sejumlah orang lain—termasuk tiga polisi (baca pula Panah dan peluru di sidang Blowfish, Red.). Sedang amuk massa beraroma konflik etnis kembali membara di Tarakan, Kalimantan Timur, hingga menewaskan lima orang warga.



Tragedi Tarakan ini sudah terjadi sejak Minggu (26/9) lalu hingga mencapai puncaknya pada Rabu kemarin. Ya, konflik itu semakin mencemaskan sebab bila tidak ditangani dengan tepat bisa meluas menjadi episode teror lanjutan Tragedi Sampit.

Wakil Kepala Divisi Humas Polri, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana, saat dihubungi Rabu kemarin mengatakan, korban tewas di Tarakan bertambah dua orang dari tiga orang yang sebelumnya ditemukan meninggal dunia. Kedua korban tewas, Iwan (30) dan Unding (30), ditemukan tak bernyawa di Jalan Yos Sudarso, Tarakan.

“Belum tahu tewas kenapa,” katanya. Dengan tewasnya dua warga ini, total ada lima orang yang tewas dalam kerusuhan antar-dua etnis tersebut. Sebelumnya, tiga orang tewas bernama Abdullah, Mursidul Armin, dan Pugut.

Pantauan di Tarakan Rabu sekitar pukul 12.30 WIB, di daerah Gunung Bata, Jalan Agus Salim, bentrokan kembali terjadi antar-dua kelompok yang bertikai. Dua kelompok ini saling serang dengan senjata tajam.

Kota Tarakan pun praktis lumpuh karena pemerintah setempat menghentikan aktivitas dan meliburkan sekolah-sekolah. Satu batalion dari TNI langsung dikerahkan guna mendinginkan situasi di kota itu.

Bentrokan susulan di Kabupaten Tarakan, Kalimantan Timur yang terjadi sejak pagi itu terjadi di lebih dari satu lokasi. Sebagian besar kantung-kantung dua etnis yang bentrok. “Pagi terjadi di Beringin dan Tarakan Plaza,” kata Briptu Diki, petugas Polres Tarakan, Kalimantan Timur.

Menurut Diki, bentrokan pagi hari terjadi di lokasi-lokasi permukiman dua etnis yang kemarin bertikai, yakni etnis dari Tidung asal Tarakan Utara dan Bugis dari Sulawesi. Segera setelah bentrok pecah, pasukan Brimob dan TNI dikerahkan menuju lokasi kejadian. “Ini kondisinya konflik di mana-mana. Tidak berbeda jauh dengan yang diberitakan,” katanya.

Seperti diberitakan Duta Masyarakat, bentrokan di Tarakan, Kalimantan Timur, bermula dari kisruh dua orang tapi berlanjut menjadi konflik dua etnis dengan perang terbuka dan korban tewas jatuh dari kedua belah pihak. Subuh pagi kemarin, misalnya, terjadi penyerangan ke permukiman di Tidung Kota Tarakan.

Massa yang datang menyerbu masuk dari arah pantai, daerah Selumit. Gambaran dari warga penyerangan dilakukan dengan tiba-tiba. Mereka langsung menyerbu ke permukiman warga. Tapi dari lokasi pertempuran ini belum jelas berapa jumlah korbannya. Sejumlah warga menyebut korban tiga orang, tapi warga lain bilang korban dua orang. Korban tewas dari kedua kubu.

Sebagian besar korban� dalam bentrok pagi hari itu dibawa ke RS Umum Daerah Tarakan. Pantauan di lapangan, daerah Selumit tampak dijaga ketat� petugas Garnisun dan TNI Angkatan Laut.� Kota Tarakan masih lumpuh total hingga semalam. Toko-toko, rumah, pusat perbelanjaan ditutup. Warga ketakutan karena bentrok kembali terjadi dan dikhawatirkan meluas.

Malam sehari sebelumnya terjadi pembakaran rumah warga di pusat kota. Kondisi semakin mencekam ini sudah terjadi sejak malam-malam sebelumnya. Padahal, bentrokan ini sudah mereda dua hari lalu.

Tragedi Sampit

Dan bentrok bersemu konflik antar atnis ini membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) cemas. Kepala Negara pun mengingatkan para pejabat negara, kepala daerah, termasuk petugas keamanan jangan menganggap bentrokan di Tarakan, Kalimantan Timur, seperti kasus biasa. Bila tidak, bisa fatal akibatnya.

“Saya ingatkan lagi kepada tiga pejabat (Kapolri, Panglima, Gubernur Kaltim) yang tadi pagi saya berikan instruksi. Dulu kenapa peristiwa Sampit (Kalimantan Tengah) jadi luas dan besar?” kata SBY usai menerima Gubernur Aceh di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu kemarin.

SBY menjawab, saat terjadi kasus kerusuhan Sampit tidak dilakukan langkah-langkah yang cepat, tepat, terpadu, dan tuntas. Saat itu, SBY masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Polkam.

Tidak dilakukannya langkah-langkah itu disebabkan karena adanya kesan menyepelekan dari bentrokan itu. “Semula dipikirkan peristiwa biasa, sehingga saya nilai ada sikap underestimate baik dari pemda dan kepolisian yang ada di daerah itu. Baru setelah itu kita kirimkan pasukan yang lebih besar dan TNI, dan langkah-langkah cepat dan sistematis. Meski sudah telanjur meluas, akhirnya bisa dituntaskan,” tegas SBY.

Dalam kerusuhan Sampit sekitar 10 tahun lalu, kata dia, korban jiwa tidak sedikit. SBY yang saat itu terlibat langsung dalam penanganan kasus Sampit menjadikannya sebagai pengalaman untuk mengatasi kasus Tarakan.

“Saya terlibat langsung, pada saat itu kapasitas saya Menko Polkam. Saya berharap, apa yang terjadi di Kaltim tidak terjadi seperti yang dulu,” pintanya.

SBY mengingatkan, agar kasus-kasus seperti ini jangan sampai meluas. Dan penanganannya tidak semata-mata diserahkan kepada TNI dan Polri. TNI dan Polri sudah berupaya keras sekuat tenaga agar bentrokan bisa mereda.

“Saya harapkan masyarakat, bupati, tokoh adat, gubernur, turun ke lapangan. Menyadari jangan sampai dikembangkan kekerasan seperti ini,” tegasnya.

SBY juga mengimbau agar masyarakat dari dua komunitas di Tarakan untuk menahan diri dan mengakhiri bentrokan. “Siapa yang bersalah diberi sanksi. Manakala pelanggaran hukum, hukum harus ditegakkan,” katanya.

SBY tak lupa memberikan pesan bagi pekerja media agar memberikan pesan yang konstruktif kepada masyarakat. Tetapi, “Jangan sampai menyulut, karena bisa menimbulkan peristiwa yang besar lagi.”

TNI mengirimkan satu pasukan ke wilayah konflik di Tarakan. Pasukan ini untuk mengamankan bentrokan dua kelompok masyarakat yang masih terjadi hingga kemarin.

“Pasukan dari Batalyon 611 Kodam VI TPR,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum (Kadispenum) TNI Kolonel Prakoso, Rabu kemarin.

Dalam kesempatan itu Prakoso menegaskan tak ada anggota TNI yang terlibat dalam bentrokan. “Bentrokan terjadi sesama warga sipil dari suku tertentu,” katanya.

Pasukan, kata dia, ditempatkan di titik-titik yang dianggap rawan terjadi bentrokan susulan. “Kapasitas (Pasukan TNI) ikut membantu Polri agar situasi kembali kondusif,” kata dia.

Prakoso mengaku belum mendapat kronologi kejadian yang lengkap. “Soal kronologi menyusul,” kata dia.

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di DPR mengakui telah melakukan koordinasi dengan TNI dalam penanganan kerusuhan warga di Tarakan. “Sudah dikirim satu Batalyon,” kata Hendarso.

Selain pasukan TNI, di tempat terpisah Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen I Ketut Untung Yoga Ana mengatakan, pada pukul 03.00 Wib dini hari Polri telah memberangkatkan sebanyak 172 personel ke Tarakan. “Kalau semua lancar diperkirakan jam 07.30 sampai dan langsung bergabung dengan satuan Polri dan TNI yang sudah di Tarakan,” kata dia.

Kapolri, lanjut Yoga, juga sudah langsung memerintahkan Deops Kapolri, Irjen Pol Soenarko untuk segera ke Tarakan untuk langsung mengendalikan operasional di Tarakan.

“Beliau akan berangkat bersama-sama dengan ketua IKSS (Ikatan Kerukunan Kelurga Sulsel), karena ada di beberapa provinsi yang besar, beliau ajak serta untuk mendampingi Bapak Deop mengendalikan situasi di sana,” kata Yoga.

Di DPR, Kapolri Bambang Hendarso juga meminta masyarakat menahan diri dan tidak melakukan kekerasan. “Jadi kita lakukan upaya evakuasi dan upaya pencegahan supaya tidak ada kekerasan lagi,” katanya.

“Ini kan masalahnya sebetulnya hanya sepele. Masalah pemalakan, terus berkembang sehingga kita cari apa yang menjadi masalah mendasar,” kata Kapolri.

Diungsikan

Warga setempat yang tidak terlibat dalam bentrokan dua etnis di Tarakan, akhirnya diungsikan. Sebagian warga sudah diungsikan ke Lantanal (Pangkalan Angkatan Laut).

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto saat dihubungi mengatakan lokasi pengungsian ini merupakan tempat pengungsian yang sama saat bentrokan pecah pertama kali pada Senin 27 September dini hari waktu setempat. Saat ini, warga masih berkerumun di lokasi pengungsian.

Bentrokan pagi kemarin dipicu karena ada ketidakpuasan dari kubu korban tewas saat bentrokan pertama. Kubu korban tewas, Abdullah, merasa tuntutan yang diajukan belum terpenuhi oleh kubu etnis pendatang dari Bugis, Sulawesi.

Menurut Marwoto, petugas belum bisa mengamankan mereka-mereka yang diduga menjadi provokator dalam bentrokan itu. Suasananya masih mencekam. “Kalau kami melakukan upaya paksa, itu tidak mungkin. Kami tidak mungkin menangkap orang saat sedang terjadi kejadian saat ini,” tegas Marwoto. Informasi yang diperoleh di lapangan polisi sudah mengeluarkan tembakan peringatan di lokasi kejadian.

Puluhan warga Tarakan asal Sulawesi Selatan (Sulsel) kini sudah mulai melakukan eksodus terkait bentrok antar warga yang menelan korban 5 tewas dari kedua kubu. Puluhan warga tersebut tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, pukul 16.55 Wita. Mereka tiba dengan menggunakan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-675 dari Balikpapan.

Di antara warga yang ikut eksodus tersebut adalah keluarga Nurdin (60). Nurdin tiba bersama istri, anak dan cucunya sebanyak 14 orang. Nurdin, mengaku bermukim di Tarakan selama 30 tahun, sebagai petani tambak.

Nurdin mengaku untuk sampai di Balikpapan, dia harus berjibaku menempuh jalur darat. Ia menyebutkan, pada 2 Oktober mendatang, sekitar 100 orang keluarga dan kerabatnya juga akan mengikuti jejak Nurdin kembali ke kampung halaman.

“Mereka semua sudah pesan tiket pesawat untuk pulang ke Sulsel, karena kondisi di Tarakan sangat mencekam. Orang-orang sudah saling bunuh,” pungkas Nurdin.

Selain Nurdin, satu keluarga penumpang pesawat Lion Air, yaitu Hania, yang tiba bersama putranya dalam kondisi tidak sehat terpaksa pulang ke Makassar karena bentrok antar-warga di Tarakan mengancam keselamatan nyawanya.

“Kalau Tarakan sudah aman, baru kami akan kembali ke sana,” tandas Hania.

0 komentar:

Posting Komentar